![]() |
Gunung Dempo dan perkebunan teh (foto: paltv.disway.id) |
Pagaralam, HidayatullahSumsel.com - Halaqoh Peradaban 1447 H Hidayatullah Sumsel resmi ditutup pada hari kedua, Ahad (27/07/2025) di tengah keindahan dan keteduhan Perkebunan Teh Gunung Dempo, Kota Pagaralam. Suasana alam yang sejuk, hijaunya hamparan kebun teh, serta megahnya Gunung Dempo menjadi latar sempurna untuk menutup rangkaian kegiatan yang berlangsung selama dua hari terakhir. Acara penutupan ini dihadiri oleh para peserta dari berbagai daerah, terdiri atas Pengurus DPW, DMW, DPD, dan amal usaha serta tamu spesial, ustadz Irsyad Istoyo, Ketua DPW Hidayatullah Sumbar. Adapun pada hari pertama, kegiatan halaqoh berlangsung di Kampus Hidayatullah Lahat, Desa Bintuhan, Kecamatan Kotaagung, Kab. Lahat.
Ketua DPW Hidayatullah Sumsel, Ustadz Lukman Hakim , M.H.I, menyatakan bahwa pemilihan lokasi penutupan Halaqoh Peradaban di Perkebunan Teh Gunung Dempo bukan tanpa alasan.
“Kami ingin menutup kegiatan ini di tempat yang menghadirkan ketenangan dan refleksi. Gunung Dempo menawarkan bukan hanya udara segar, tetapi juga ruang kontemplasi yang sangat relevan dengan ruh acara ini,” ujarnya.
Perkebunan Teh Gunung Dempo
Perkebunan Teh Gunung Dempo sendiri merupakan salah satu ikon wisata dan agrowisata andalan Kota Pagaralam, berjarak sekira 300 km dengan durasi perjalanan 7 jam-an dari Kota Palembang. Berada di lereng Gunung Dempo, kebun teh ini terhampar luas di ketinggian sekitar 1.520 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikannya kawasan yang ideal untuk pertumbuhan teh berkualitas tinggi. Suhu yang sejuk, sinar matahari pagi yang cukup, dan curah hujan yang merata sepanjang tahun menjadi kombinasi sempurna bagi produktivitas kebun ini.
Sejarahnya cukup panjang. Perkebunan ini telah ada sejak masa kolonial Belanda, didirikan pada tahun 1929, dan kini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VII (PTPN VII). Dengan luas lahan mencapai sekitar 1.520 hektar, kawasan ini mampu memproduksi hingga 14.000–17.000 ton pucuk teh basah setiap tahun. Teh-teh dari Dempo dikenal memiliki kualitas unggul dan dipasarkan hingga ke luar negeri.
Namun, daya tarik Gunung Dempo bukan hanya terletak pada teh-nya. Bagi wisatawan, kebun teh ini menawarkan panorama alam yang memesona. Hamparan tanaman teh yang hijau membentang mengikuti kontur bukit, menciptakan lanskap yang mirip lukisan alam. Kabut tipis yang turun pada pagi dan sore hari menambah kesan magis, menjadikan tempat ini spot favorit bagi fotografer dan pemburu ketenangan.
Gunung Dempo sendiri merupakan puncak tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan, dengan ketinggian mencapai sekitar 3.159 hingga 3.173 meter di atas permukaan laut. Dari kawasan kebun teh, puncak Dempo tampak megah mengawal kota Pagaralam di bawahnya. Pagaralam memang dikenal sebagai kota yang “dipagari” oleh alam, gunung, sungai, dan hutan, memberikan suasana khas yang sulit ditemukan di kota-kota besar.
Ruang Kontemplasi dan Kolaborasi
![]() |
Peserta Halaqoh Peradaban Hidayatullah Sumsel |
Pemilihan lokasi penutupan halaqoh di area yang menyatu dengan alam ini menegaskan bahwa Islam bukan hanya tentang aktivitas masjid atau forum-forum ilmiah di ruang tertutup. Peradaban juga dibangun melalui kedekatan manusia dengan alam dan penghayatan terhadap ciptaan Allah.
Kegiatan ini pun menjadi momentum berharga bagi para peserta untuk merefleksikan perjalanan halaqoh, mengevaluasi diri, dan merumuskan langkah ke depan. Salah satu peserta asal Palembang mengungkapkan rasa syukurnya bisa terlibat dalam halaqoh ini.
“Saya merasa seperti sedang mengisi ulang energi ruhiyah dan intelektual. Apalagi ditutup di tempat seindah ini, rasanya seperti diberi jeda untuk benar-benar merenung,” katanya.
Penutupan Halaqoh Peradaban 1447 H di Perkebunan Teh Gunung Dempo bukan sekadar seremoni akhir sebuah kegiatan. Lebih dari itu, ia menjadi penanda bahwa membangun peradaban membutuhkan ruang, waktu, dan suasana yang mendukung lahirnya kesadaran kolektif. Gunung Dempo dan kebun tehnya telah memberikan ruang itu, ruang untuk berpikir, berdzikir, dan berikhtiar lebih baik bagi umat dan bangsa. *| Kosim