![]() |
Pembukan Semarak Munas: Halaqoh Peradaban di Hidayatullah Lahat |
Lahat, Hidayatullahsumsel.com - Di tengah kesejukan alam Desa Bintuhan, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Lahat, gelombang semangat dakwah dan persaudaraan kembali bergema. Sabtu-Ahad (26–27 Juli 2025), DPW Hidayatullah Sumatera Selatan mengadakan acara Halaqoh Peradaban 1447 H sebagai bagian dari semarak menuju Musyawarah Nasional (Munas) Hidayatullah.
Acara yang berlangsung di Kampus Hidayatullah Lahat ini merupakan momen triwulan yang digilir pelaksanaannya oleh setiap DPD di Sumsel. Kali ini, giliran DPD Hidayatullah Lahat menjadi tuan rumah—dan mereka menyambutnya dengan tangan terbuka dan hati yang hangat.
Hari pertama halaqoh dimulai dengan suasana yang penuh semangat. Hadir dalam pembukaan acara ini para pengurus DPW, DPD, DMW, pengelola amal usaha, serta perwakilan dari Komunitas Dai Besemah Seberang Endikat (Besendi).
Dalam sambutannya, Ustadz Budiman Stainhard, Ketua DPD Hidayatullah Lahat, tak kuasa menyembunyikan haru dan semangatnya. Ia menyampaikan bahwa kehadiran rekan-rekan dari berbagai daerah membawa energi baru bagi perjuangan dakwah di Lahat.
“Kedatangan teman-teman membuat api semangat yang kelap-kelip, menjadi besar kembali,” ucapnya tulus.
“Mohon maaf atas kondisi kami yang serba terbatas. Tapi, kami merasa terhormat bisa menjadi tuan rumah. Semoga pertemuan ini jadi berkah dan menguatkan perjuangan kita bersama.”
Ustadz Budiman juga memperkenalkan tim dari Besendi—komunitas dai lokal yang aktif berdakwah di kawasan Besemah Seberang Dika. Ia berharap kolaborasi ini makin menguatkan jaringan dakwah akar rumput yang selama ini menjadi andalan Hidayatullah.
Munas Semakin Dekat, Semangat Makin Menguat
Sementara itu, Ketua DPW Hidayatullah Sumatera Selatan, Ustadz Lukman Hakim, M.H.I., dalam sambutannya sekaligus membuka acara secara resmi, menyampaikan pesan penting terkait momentum halaqoh ini yang berdekatan dengan agenda besar Munas Hidayatullah.
“Pertemuan ini sangat penting, karena mungkin menjadi halaqoh terakhir sebelum Munas. Akan ada mutasi kepemimpinan. Maka, mari kita maksimalkan pertemuan ini sebagai ajang saling menyemangati,” pesannya.
Ia menekankan bahwa setiap orang yang datang adalah bagian dari kebaikan, membawa energi positif, dan mempererat ukhuwah. Ia berharap halaqoh ini bisa menjadi titik tolak peningkatan peran dakwah di masing-masing wilayah.
Materi Perdana: Optimalkan Peran, Tuntaskan Amanah
![]() |
Ustadz Irsyad Istoyo, S.Pd.I, Ketua DPW Hidayatullah Sumbar, pemateri sesi 1 |
Setelah sesi pembukaan, halaqoh dilanjutkan dengan sesi materi pertama yang dibawakan oleh Ustadz M. Irsyad Istoyo, S.Pd.I., Ketua DPW Hidayatullah Sumatera Barat. Beliau mengangkat materi yang berkenaan dengan tema yang reflektif dan mendalam: “Optimalkan Peran, Tuntaskan Amanah.”
Dalam penyampaiannya yang lugas dan menyentuh, Ustadz Irsyad menekankan bahwa dalam mengemban amanah dakwah dan kepemimpinan, ada tiga pilar penting yang menjadi kunci keberhasilan: iman, hijrah, dan jihad. Ketiganya bukan sekadar istilah agama, tetapi harus menjadi prinsip hidup yang membentuk gerak dan sikap setiap aktivis dakwah.
1. Iman: Yakin, Ucap, dan Amal
Iman, menurut beliau, bukan sekadar perasaan atau keyakinan abstrak yang terpendam dalam hati. Iman yang sejati mencakup tiga unsur yang menyatu: diyakini oleh hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan.
“Visi besar Hidayatullah, adalah membangun peradaban Islam, yaitu manifestasi iman dalam segala aspek kehidupan (sehari-hari),” tegas Ustadz Irsyad.
Dengan fondasi iman yang kuat, seseorang akan punya daya tahan dalam menghadapi godaan, tantangan, dan kelelahan dalam berjuang. Iman adalah cahaya dalam gelap, dan tenaga saat melemah. Oleh karena itu, menjaga kualitas keimanan adalah langkah pertama dalam menunaikan amanah.
2. Hijrah: Bergerak Fisik dan Berubah Makna
Hijrah, lanjut Ustadz Irsyad, memiliki dua makna yang sama-sama penting: hijrah makani dan hijrah maknawi.
Hijrah makani berarti perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka mempertahankan atau menyebarkan kebaikan. Ini relevan bagi para dai dan kader yang ditugaskan ke tempat-tempat baru demi menyemai nilai-nilai Islam di tengah masyarakat.
Namun yang tak kalah penting adalah hijrah maknawi, yaitu perubahan dalam sikap, cara berpikir, dan orientasi hidup menuju yang lebih baik. Ini mencakup peralihan dari malas menjadi semangat, dari stagnan menjadi produktif, dari sekadar hadir menjadi benar-benar berperan.
Beliau mengajak setiap peserta untuk mengevaluasi diri: apakah kita benar-benar telah berhijrah? Apakah peran yang kita emban hari ini lebih baik dari peran kita sebelumnya? Hijrah adalah proses terus-menerus menuju kematangan iman dan kesungguhan amal.
3. Jihad: Totalitas dalam Pengabdian
Jihad bukan semata-mata pertempuran bersenjata. Dalam konteks dakwah dan organisasi, jihad adalah perjuangan sungguh-sungguh, pengorbanan yang ikhlas, dan totalitas dalam mengemban amanah.
Jihad yang dimaksud di sini meliputi profesionalisme kerja, kesungguhan dalam mengelola amanah, serta konsistensi dalam menjalankan peran, meskipun tanpa tepuk tangan atau sorotan.
Beliau menutup sesinya dengan kalimat sederhana namun dalam maknanya:
“Kita jangan bangga dengan amal-amal kita. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni surga dalam waktu yang lama, kemudian ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni neraka. Dan ada seseorang yang ia sungguh telah beramal dengan amalan penghuni neraka dalam waktu yang lama, lalu ia menutup hidupnya dengan amalan penghuni surga,” ucapnya
"Kemenangan sejati adalah ketika di penghujung hidup kita mengucapkan Laa Ilaaha illa'Llah."
Kegiatan halaqoh ini bukan hanya ajang duduk bersama mendengarkan materi. Ia menjadi momentum spiritual dan sosial, yang menghubungkan antar dai, penggerak amal usaha, dan kader dari berbagai penjuru Sumsel.
Dalam suasana yang santai namun penuh makna, diskusi-diskusi kecil di sela waktu istirahat menjadi ruang untuk bertukar ide, berbagi solusi atas tantangan dakwah lokal, dan memperkuat rasa memiliki terhadap visi besar Hidayatullah.
Halaqoh ini menjadi refleksi bahwa gerakan dakwah Hidayatullah bukan milik satu dua orang. Ia adalah milik semua kader. Setiap pertemuan seperti ini adalah bahan bakar yang memperpanjang nafas perjuangan.
Dengan mendekatnya agenda Munas, halaqoh peradaban ini menjadi pelatuk awal untuk menyusun langkah yang lebih kuat dan terarah. Mutasi bukan akhir dari peran, tapi awal dari amanah yang baru.
Di tengah tanah Lahat yang sejuk dan bersahaja, para dai, kader, dan aktivis Hidayatullah kembali diingatkan: peradaban besar dibangun bukan hanya dengan strategi, tapi dengan iman yang kokoh, hijrah yang konsisten, dan jihad yang menyala-nyala. *| Kosim