Lampung Tengah, hidayatullahsumsel.com – Enam kader Mushida (Muslimah Hidayatullah) Sumatera Selatan turut ambil bagian dalam kegiatan Marhalah Wustho yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Mushida Lampung pada 25–27 Januari 2025. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari penuh di Pesantren Hidayatullah Lampung Tengah yang berlokasi di Lingkungan V, RT 21/RW 09, Kelurahan Yukum Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung.
Dari total 20 peserta yang berasal dari berbagai daerah di Lampung, kehadiran enam utusan Mushida Sumsel menjadi bukti nyata komitmen organisasi ini dalam mendukung program kaderisasi berkelanjutan. Keikutsertaan ini juga merupakan bagian dari langkah strategis dalam membentuk sosok muslimah yang tangguh, berilmu, serta memiliki pemahaman ideologis yang kuat terhadap jati diri Hidayatullah.
Marhalah Wustho: Pilar Penguatan Muslimah dalam Gerakan Dakwah
Dalam sistem pengkaderan Hidayatullah, Marhalah Wustho merupakan jenjang menengah (intermediate) yang dirancang sebagai kelanjutan dari Marhalah Ula (tingkat dasar), dan menjadi syarat penting sebelum melangkah ke Marhalah Ulya (tingkat lanjut). Jenjang ini tidak sekadar formalitas administratif, tetapi memiliki peran sentral dalam meneguhkan kesadaran ideologis dan tanggung jawab dakwah kader, khususnya bagi kalangan muslimah.
Khusus bagi Mushida, Marhalah Wustho menjadi wadah strategis untuk mencetak kader Muslimah yang tidak hanya siap menjadi penggerak internal organisasi, tetapi juga mampu tampil sebagai agen transformasi di tengah masyarakat. Dengan tantangan zaman yang kian kompleks, Muslimah tidak lagi berada di garis belakang, tetapi harus siap berada di garda terdepan dalam membina keluarga, masyarakat, dan bahkan pengambilan keputusan strategis di lembaga.
Dalam konteks ini, Mushida tidak hanya memandang pengkaderan sebagai program struktural, tetapi sebagai sarana menyemai nilai-nilai kepemimpinan, kematangan spiritual, dan penguatan intelektual. Melalui Marhalah Wustho, kader-kader Muslimah digembleng untuk memahami filosofi gerakan dakwah, prinsip manhaj nabawi, serta etika berjamaah dalam bingkai keorganisasian Hidayatullah.
Materi Strategis: Mengenal 6 Jati Diri Hidayatullah
Kegiatan selama tiga hari ini diisi dengan materi-materi inti yang menjadi ruh perjuangan Hidayatullah. Salah satu materi yang diajarkan adalah pendalaman terhadap enam jati diri Hidayatullah, yaitu:
1. Manhaj Nabawi – menjadikan metode dakwah Rasulullah ﷺ sebagai rujukan utama dalam pembinaan dan perjuangan.
2. Ahlus Sunnah wal Jama’ah – berpegang pada pemahaman Islam yang moderat, tidak ekstrim, serta berpijak pada Al-Qur’an dan Sunnah.
3. Al-Harokah Al-Jihadiyah Al-Islamiyyah – meneguhkan semangat perjuangan dalam menyebarluaskan Islam secara aktif dan terorganisir.
4. Imamah wal Jama’ah – pentingnya kepemimpinan kolektif dalam wadah organisasi.
5. Jama’atun Minal Muslimin – menegaskan bahwa Hidayatullah adalah bagian dari umat Islam secara umum, bukan golongan eksklusif.
6. Al-Wasathiyyah – bersikap seimbang dalam menyikapi kehidupan, tanpa berlebih-lebihan ataupun meremehkan.
Materi-materi ini disampaikan oleh para pemateri nasional yang kompeten di bidangnya, di antaranya: H. Naspi Arsyad, Lc (anggota Murobbi Pusat), Dr. Muhammad Shaleh Utsman, M.I.Kom, (Ketua Depatemen Pengkaderan DPP Hidayatullah), Ustazah Hani Akbar, M.Pd. (Ketua Umum PP Mushida), dan Zahratun Nahdhah, M.Pd. (Ketua Departemen Pengkaderan PP Mushida).
Dengan pembawaan yang komunikatif dan pemahaman yang mendalam, para pemateri mampu membangun suasana tarbiyah yang kuat dan inspiratif. Para peserta tidak hanya menerima materi secara klasikal, tetapi juga diajak berdiskusi, melakukan refleksi ideologis, dan merumuskan peran strategis masing-masing dalam konteks daerahnya.
Kesan dari Peserta
Salah satu peserta dari Mushida Sumsel, Ustazah Ilma Wati, S.H.I, mengungkapkan rasa syukur dan semangat barunya setelah mengikuti kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, Marhalah Wustho ini memperluas cakrawala pemikiran saya tentang jati diri Hidayatullah yang selama ini mungkin hanya saya pahami secara umum. Bertemu dengan kader dari berbagai wilayah juga menambah semangat dan motivasi untuk terus berkontribusi di medan dakwah,” tuturnya penuh semangat.
Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya mengisi ruang ilmu, tapi juga ruang hati dan komitmen. Ia menilai, penguatan ideologi kader Muslimah sangat penting agar Mushida tidak sekadar menjalankan program kerja, tapi benar-benar menjadi ruh dari gerakan dakwah Muslimah yang mandiri, cerdas, dan istiqamah.
Harapan dan Tindak Lanjut
Kegiatan ini tidak hanya menghadirkan suasana ilmiah dan tarbiyah yang intens, tetapi juga menjadi momen mempererat ukhuwah Islamiyah di antara para kader muslimah Hidayatullah se-Sumatera dan sekitarnya. Dalam suasana pesantren yang tenang dan mendidik, para peserta juga terlibat dalam diskusi-diskusi ringan selepas materi, membahas problematika dakwah Muslimah dan solusi implementatifnya.
Ke depan, Mushida Sumsel berharap dapat terus aktif dalam setiap jenjang pengkaderan dan membangun sinergi yang lebih kuat antarwilayah. Penguatan kapasitas internal, terutama dalam bidang ideologi dan manajemen dakwah, menjadi prioritas utama agar kader-kader Muslimah Hidayatullah siap menjawab tantangan zaman. *| Kosim