Ahlan wa sahlan, selamat datang di situs resmi DPW Hidayatullah Sumsel Arsip berita

Belajar dari Luqman al-Hakim: Tidak Ada Nasib Buruk dalam Pandangan Allah

HidayatullahSumsel.com | Luqman al-Hakim, yang terkenal dalam surat Al-Qur'an, adalah seorang yang bijaksana. Salah satu nasihat terkenal yang diberikan Luqman al-Hakim kepada anaknya adalah untuk selalu bersyukur kepada Allah. 

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ
 وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ 


"Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Luqman: 12)

Bagi Luqman al-Hakim, tidak ada nasib buruk karena segala sesuatu telah direncanakan secara sempurna oleh Allah. Dalam sebuah cerita yang diceritakan oleh Said bin Musayyab, Luqman al-Hakim menasehati anaknya untuk meyakini bahwa apa pun yang telah diberikan oleh Allah, baik yang disukai maupun tidak, sebenarnya adalah yang terbaik.

"Ayah, saya tidak dapat melakukannya sebelum saya membuktikannya sendiri," jawab anak Luqman al-Hakim, seperti yang ditulis oleh Imam Ibnul Jauzy dalam Kitab 'Uyunul Hikayat. Mendengar itu, Luqman al-Hakim mengajak anaknya untuk menemui seorang nabi pada zamannya agar dapat memperoleh penjelasan yang lebih rinci dan pemahaman yang lebih utuh.

"Marilah, ayah, kita temui nabi tersebut," jawab anaknya.

Setelah mereka setuju, keduanya mulai mempersiapkan diri untuk menemui nabi itu. Mereka menyiapkan berbagai hal karena mereka harus menempuh perjalanan yang jauh dan sulit, termasuk dua ekor keledai sebagai tunggangan Luqman al-Hakim dan anaknya.

Setelah berhari-hari melakukan perjalanan, mereka tiba di sebuah gurun yang sangat tandus. Persediaan makanan dan minuman semakin berkurang, dan energi Luqman al-Hakim dan anaknya semakin menurun. Keledai yang mereka tunggangi pun melambat langkahnya. Mereka memutuskan untuk turun dari keledai dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. 

Dalam keadaan seperti itu, Luqman al-Hakim melihat sesuatu yang berwarna hitam di kejauhan, diiringi asap yang menggumpal. 

"Bayangan hitam menandakan ada pohon, dan asap menunjukkan adanya pemukiman penduduk," batin Luqman al-Hakim. Mereka terus berjalan agar segera tiba di pemukiman tersebut. Saat mereka berjalan, anak Luqman al-Hakim menginjak sesuatu dan jatuh pingsan. Luqman al-Hakim terus berjalan tanpa menyadari bahwa anaknya jatuh.

Ketika Luqman al-Hakim membalikkan badannya, ia baru menyadari bahwa anaknya terjatuh dan pingsan. Ia segera mendekati anaknya dengan terisak. Luqman al-Hakim mencabut benda yang mengenai kaki anaknya dengan giginya, kemudian ia merobek jubahnya untuk membungkus luka di kaki anaknya. 

Ketika Luqman al-Hakim melihat wajah anaknya, air matanya mengalir ke pipi anak itu, dan sang anak pun sadar. 

"Ayah, mengapa menangis? Bukankah apa yang menimpa saya ini adalah yang terbaik?" kata anaknya sambil mengeluh kepada Luqman al-Hakim, menyadari bahwa persediaan mereka telah habis dan mereka masih berada di tengah gurun pasir. 

"Anakku, aku menangis karena perasaan sedih seorang ayah terhadap anaknya. Mengenai pertanyaanmu, bagaimana kita bisa tahu bahwa kejadian ini lebih baik untukmu, mungkin kita akan menemukan jawabannya di masa depan. Mungkin musibah ini lebih ringan daripada musibah yang akan terjadi di sana, sehingga Allah menghentikan kita di sini dengan musibah ini," jawab Luqman al-Hakim dengan tenang untuk menenangkan anaknya.

Setelah menenangkan anaknya, Luqman al-Hakim melihat ke depan. Ternyata, bayangan hitam dan asap yang sebelumnya terlihat sudah tidak ada. 

"Mungkin Allah telah menyiapkan rencana lain," pikir Luqman al-Hakim. Tidak lama kemudian, seorang yang berpakaian putih muncul dari kejauhan menunggangi kuda. Luqman al-Hakim terus memperhatikan sosok yang mendekat. 

Yang aneh, saat sosok itu semakin dekat, ia seakan-akan menghilang, tetapi suaranya masih terdengar. 

"Apakah kamu Luqman al-Hakim?" tanya sosok yang tidak terlihat itu. 

"Ya, aku Luqman al-Hakim. Hai Hamba Allah, siapakah engkau sebenarnya? Aku bisa mendengar suaramu, tetapi tidak bisa melihat wujudmu," ucap Luqman al-Hakim. 

"Aku Jibril, hanya nabi dan malaikat terpilih yang dapat melihatku," jawab sosok itu. 

"Jika kamu Jibril, tentu kamu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi," kata Luqman al-Hakim.

Jibril kemudian menjelaskan bahwa ia telah diutus oleh Allah untuk menghancurkan kota yang berada di depan sana beserta penduduknya. Pada saat yang hampir bersamaan, Jibril mengetahui bahwa Luqman al-Hakim dan anaknya sedang menuju kota tersebut. Oleh karena itu, Jibril memohon kepada Allah agar menahan Luqman al-Hakim dan anaknya agar mereka tidak sampai ke kota dan terkena bencana yang menghancurkan. 

Jibril kemudian mengusap kaki yang terluka pada anak Luqman al-Hakim, dan seketika kakinya sembuh seperti semula. Persediaan makanan dan minuman yang dibawa oleh Luqman al-Hakim juga menjadi penuh setelah disentuh oleh Jibril. Tidak lama kemudian, Jibril mengangkat keduanya dan mengembalikan mereka ke kota asalnya. Dari kisah ini, kita bisa belajar bahwa sebenarnya tidak ada nasib buruk karena di baliknya selalu terdapat hikmah tersembunyi. Hikmah tersebut mungkin baru akan terungkap di masa depan. Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Silakan memberikan komentar.
Untuk menghindari adanya spam, mohon maaf, komentar akan kami moderasi terlebih dahulu sebelum ditayangkan.

Terima kasih.
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!