Otak Kita Seperti Otot: Bertumbuh Lewat Perjuangan dan Kesalahan

Palembang, HidayatullahSumsel.com - Pernahkah kita berpikir bahwa di balik segala rasa frustrasi saat belajar, justru ada proses pertumbuhan yang luar biasa tengah berlangsung? Bahwa otak kita, yang tak pernah berhenti bekerja sejak kita dilahirkan, memiliki kemampuan untuk terus berkembang dan menjadi lebih kuat, mirip dengan otot yang dibentuk lewat latihan dan tantangan.

Sebuah video edukatif dari saluran YouTube Khan Academy (berjudul: "How to Grow Your Brain") menyajikan penjelasan ilmiah sekaligus menyentuh tentang bagaimana otak bekerja, bagaimana ia tumbuh, dan mengapa kesalahan serta tantangan justru menjadi bahan bakar utama bagi perkembangan intelektual kita. Video berdurasi sekitar 4 menit 10 detik ini menyampaikan pesan yang sederhana namun mengubah cara kita memandang belajar: otak kita bisa tumbuh, dan perjuangan adalah bagian penting dari proses itu.

Otak: Jantung dari Kesadaran dan Diri Kita

Segala hal yang kita rasakan, pikirkan, lihat, dengar, dan alami, semuanya melewati otak. Dalam satu struktur yang mengagumkan, terdiri dari sekitar 80 hingga 100 miliar neuron, otak memproses dunia di sekitar kita dan menyaringnya menjadi persepsi yang unik: realitas kita sendiri.

Ketika kita memandangi langit sore yang oranye, tertawa karena candaan sahabat, atau merasa haru saat mendengar kisah perjuangan seseorang, semuanya adalah hasil kerja rumit dari otak yang tak terlihat namun selalu hadir, setia menemani.

Kecerdasan Bukan Takdir, Tapi Proses

Di tengah masyarakat yang sering membandingkan siapa yang “cerdas” dan siapa yang “tidak”, muncul secercah harapan dari sains: kecerdasan itu bisa dilatih. Otak bukanlah benda statis yang selesai dibentuk saat kita lahir. Sebaliknya, ia seperti otot yang bisa diperkuat lewat latihan, tantangan, bahkan kesalahan.

Studi demi studi menunjukkan bahwa setiap kali kita berusaha memecahkan persoalan yang sulit, atau mencoba memahami sesuatu yang belum kita kuasai, neuron-neuron di otak menciptakan koneksi baru. Proses ini dinamakan neuroplastisitas, kemampuan otak untuk berubah dan menyesuaikan diri.

Pertumbuhan Terjadi Saat Kita Berjuang

Salah satu insight paling menyentuh dari video ini adalah: otak tumbuh bukan saat kita nyaman, tetapi saat kita berjuang. Ketika kita menghadapi soal matematika yang tak kita pahami, atau mencoba memahami topik yang benar-benar baru, dan merasa frustrasi, itulah saat otak sebenarnya sedang “berkembang”.

Alih-alih menjauh dari kesulitan, video ini mendorong kita untuk melihat perjuangan sebagai peluang. Sama seperti latihan fisik yang membuat otot pegal namun semakin kuat, tantangan intelektual memperkuat koneksi antar neuron.

Dari Bayi Hingga Dewasa: Otak Terbentuk Oleh Pengalaman

Salah satu ilustrasi menarik yang ditunjukkan adalah perkembangan otak pada anak. Ketika bayi lahir, otaknya masih memiliki koneksi yang sangat sedikit. Namun seiring ia mencoba berbicara, merangkak, mengenali wajah ibunya, hingga bermain dengan benda-benda di sekitarnya, koneksi antar neuron berkembang dengan luar biasa cepat.

Pada usia enam tahun, otak seorang anak bisa memiliki konektivitas yang jauh lebih kompleks, semua itu berkat interaksi aktif dengan lingkungannya. Dari sini kita bisa belajar bahwa tumbuh tidak hanya berarti bertambah usia, tetapi terus aktif melibatkan diri dalam proses belajar.

Lingkungan yang Kaya Rangsangan Memperkuat Otak

Bagaimana peran lingkungan dalam pertumbuhan otak? Dalam video tersebut ditampilkan perbandingan dua hewan: satu hidup di lingkungan monoton, satunya di lingkungan yang penuh stimulasi, mainan, interaksi, tantangan. Hasilnya, otak hewan yang hidup di lingkungan kaya rangsangan memiliki lebih banyak koneksi neuron.

Pesan yang ingin disampaikan sangat jelas: kita bisa memilih untuk menciptakan lingkungan yang memperkuat pertumbuhan otak. Entah itu dengan membaca buku, berdiskusi, menyelami ide-ide baru, atau bahkan sekadar melatih rasa ingin tahu terhadap hal-hal kecil di sekitar kita.

Kesalahan Adalah Guru Terbaik

Salah satu bagian paling menampar lembut dari video ini adalah: otak tumbuh paling pesat bukan saat kita benar, tapi saat kita salah. Sebab saat salah, kita terdorong untuk meninjau ulang, memahami penyebabnya, dan memperbaiki. Di situlah kerja otak menjadi sangat aktif, menciptakan koneksi baru.

Dalam konteks ini, kesalahan bukanlah kegagalan. Ia adalah jembatan menuju pertumbuhan. Sayangnya, banyak dari kita tumbuh dalam sistem yang menghargai jawaban benar lebih dari proses berpikir. Padahal, justru dari kekeliruan kita belajar paling dalam.

Frustrasi: Tanda Bahwa Kita Sedang Bertumbuh

Apa yang Anda rasakan saat kesulitan memahami sesuatu? Jengkel? Putus asa? Ingin menyerah?

Video ini memberikan sudut pandang baru: perasaan frustrasi itu bukanlah musuh, melainkan sinyal bahwa kita sedang berada di wilayah pertumbuhan. Layaknya pendaki yang kehabisan napas di tanjakan curam, di situlah otot (dan otak) benar-benar bekerja keras membentuk versi diri yang lebih kuat.

Dalam fase itulah, kita perlu bersabar. Menghargai proses. Memberi waktu kepada diri sendiri untuk belajar dengan ritme yang manusiawi, bukan sempurna.

Menumbuhkan Mentalitas Bertumbuh

Apa yang bisa kita bawa dari semua ini?

Barangkali, satu pelajaran penting: jangan batasi diri dengan label “tidak bisa” atau “tidak cerdas”. Otak kita memiliki kemampuan yang luar biasa untuk berubah. Tapi seperti otot, ia butuh tantangan, latihan, dan waktu.

Sebagai orang tua, guru, atau siapa pun yang terlibat dalam pendidikan, kita perlu mengubah paradigma. Bahwa kegagalan bukan akhir, tapi bagian penting dari perjalanan. Bahwa bukan hanya hasil akhir yang penting, tetapi juga bagaimana seseorang bergulat dengan prosesnya.

Karena pada akhirnya, kita bukan ditentukan oleh seberapa cepat kita mengerti, melainkan seberapa gigih kita mau mencoba.

Penutup: Berani Salah, Berani Bertumbuh

Otak kita adalah anugerah yang menakjubkan. Ia bisa terus belajar, terus tumbuh, bahkan di usia dewasa. Tapi hanya jika kita berani melewati fase-fase yang tidak nyaman. Salah satu kuncinya adalah menerima kesalahan dan perjuangan sebagai bagian alami dari proses belajar.

Mari terus menumbuhkan rasa ingin tahu, mencintai proses belajar, dan menghargai setiap perjuangan kecil dalam memahami dunia. Karena setiap perjuangan adalah tanda bahwa kita sedang melatih “otot” paling penting dalam hidup: otak kita sendiri. *| Kosim

Posting Komentar

Silakan memberikan komentar.
Untuk menghindari adanya spam, mohon maaf, komentar akan kami moderasi terlebih dahulu sebelum ditayangkan.

Terima kasih.