Banyuasin, HidayatullahSumsel.com – Departemen Pengkaderan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sumatera Selatan kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi penerus yang tangguh dan berkualitas melalui pelaksanaan Daurah Marhalah Ula (DMU) tingkat SMA/MA tahun 2025. Kegiatan ini diselenggarakan selama tiga hari, sejak tanggal 10 hingga 12 Mei 2025, bertempat di Kampus Madya Hidayatullah Banyuasin.
Dengan mengusung tema “Kader Muda Hidayatullah: Sukses, Berhalaqoh, Berprestasi, dan Berbahagia”, daurah ini diikuti oleh 10 peserta dari kalangan siswa dan siswi MA Mardhatillah. Mereka adalah generasi muda yang dipersiapkan untuk menjadi kader-kader pemimpin masa depan yang tidak hanya cakap dalam ilmu, tetapi juga kuat dalam spiritualitas dan semangat juang dakwah.
Pembukaan oleh Sekretaris Wilayah: “Kader Muda Adalah Pilar Masa Depan”
Acara resmi dibuka oleh Sekretaris Wilayah DPW Hidayatullah Sumsel, Kosim, pada Sabtu pagi (10/5). Dalam sambutannya, ia menegaskan pentingnya pembinaan kader sejak usia muda.
“Kader muda adalah pilar masa depan perjuangan kita. Mereka harus disiapkan dengan pemahaman ideologis yang kokoh, kemampuan organisasi yang mumpuni, serta mentalitas yang tangguh. DMU ini bukan sekadar pelatihan, tetapi awal dari proses panjang untuk menyiapkan pemimpin umat yang siap menghadapi tantangan zaman,” ujarnya dengan penuh semangat.
Lebih lanjut, Kosim menegaskan bahwa keberhasilan kaderisasi terletak pada kesinambungan proses.
"Dari Marhalah Ula inilah, kita harapkan muncul kader-kader unggul yang kelak mampu menjadi penggerak dakwah di berbagai lini kehidupan," tambahnya.
Materi
Selama tiga hari pelaksanaan, para peserta dibekali dengan sejumlah materi pokok yang menjadi bagian dari kurikulum resmi kaderisasi ormas Hidayatullah. Materi-materi ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga aplikatif dan relevan dengan kebutuhan kader muda saat ini.
Beberapa materi inti yang disampaikan antara lain: Manhaj Sistematika, Halaqoh, Lahirnya Syahadat, Makna dan Konsekuensi, dan Pedoman Dasar Organisasi (PDO).
Seluruh materi disampaikan oleh para narasumber baik dari DPW, DMW, dan MMW. Penyampaian dilakukan secara interaktif, menggabungkan metode ceramah, diskusi kelompok, dan simulasi.
Praktik Halaqoh dan Evaluasi Akhir
Salah satu sesi yang mendapatkan antusiasme tinggi dari para peserta adalah praktik halaqoh, di mana mereka dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta mempraktikkan peran sebagai murabbi dan mutarabbi. Sesi ini bertujuan untuk membentuk keterampilan kepemimpinan dan membiasakan peserta dengan budaya halaqoh yang menjadi ciri khas pembinaan di lingkungan Hidayatullah.
Sebagai penutup rangkaian daurah, para peserta mengikuti post test untuk mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yang telah disampaikan. Hasil dari evaluasi ini akan menjadi pertimbangan dalam proses pembinaan lanjutan yang akan dilakukan oleh sekolah dan pengurus daerah.
Suasana Kekeluargaan dan Semangat Kebersamaan
Selama pelaksanaan daurah, suasana kekeluargaan sangat terasa. Para peserta, panitia, dan pemateri hidup bersama dalam suasana sederhana namun penuh kehangatan. Aktivitas harian disusun dengan disiplin yang ketat namun tetap menyenangkan. Shalat berjamaah, tilawah pagi, dan kultum malam menjadi rutinitas yang membentuk kedekatan spiritual antar peserta.
Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, peserta terlihat cepat akrab satu sama lain. Rasa lelah dari padatnya kegiatan seolah sirna karena semangat dan tekad yang sama: menjadi kader muda Hidayatullah yang siap berkontribusi.
Testimoni Peserta: “Ini Pengalaman Berharga”
Salah seorang peserta, Royyan, menyampaikan kesannya terhadap kegiatan ini.
“Banyak ilmu baru yang saya dapat, dan saya jadi lebih paham arti syahadat dan pentingnya halaqoh. Ini pengalaman berharga yang akan saya kenang,” ungkapnya dengan mata berbinar.
Hal senada juga disampaikan oleh Kholik, peserta laki-laki dari kelas XII. Menurutnya, DMU memberikan wawasan baru tentang peran pemuda dalam dakwah.
“DMU ini bukan hanya tentang teori, tapi juga latihan mental dan tanggung jawab. Kami diajak untuk berpikir sebagai kader, bukan sekadar pelajar,” katanya.
Harapan dan Kelanjutan Pembinaan
Ketua Panitia DMU 2025, Ustaz Agus Shomad, menyampaikan bahwa kegiatan ini akan menjadi titik awal pembinaan berjenjang.
“Kami tidak ingin kegiatan ini berhenti di sini. Setelah daurah, peserta akan dipantau dan dibina melalui halaqoh rutin dan pelibatan dalam program-program dakwah. Kami ingin mereka terus tumbuh dan berkembang menjadi kader yang benar-benar siap memimpin,” jelasnya.
Sebagai bentuk tindak lanjut, pihak MA Mardhatillah dan DPW Hidayatullah Sumsel akan menyusun program mentoring khusus bagi alumni DMU. Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan proses kaderisasi bisa berjalan secara konsisten dan berkelanjutan.
Penutup
Daurah Marhalah Ula 2025 telah menunjukkan bahwa kaderisasi bukanlah sesuatu yang instan, melainkan proses panjang yang harus dimulai sejak dini. Dengan pendekatan yang terarah, materi yang mendalam, dan suasana pembinaan yang kondusif, kegiatan ini berhasil menanamkan nilai-nilai perjuangan kepada para siswa/siswi sebagai kader muda Hidayatullah.
Melalui daurah ini, kita optimis bahwa masa depan dakwah dan peradaban Islam akan semakin cerah, karena generasi muda telah dipersiapkan untuk menjadi pemimpin yang sukses, berhalaqoh, berprestasi, dan berbahagia. *| Kosim