Ahlan wa sahlan, selamat datang di situs resmi DPW Hidayatullah Sumsel Arsip berita

Santri MA Mardhatillah Kampus Madya Banyuasin Ikuti Daurah Marhalah Ula Tingkat Nasional 2023

Banyuasin (HidayatullahSumsel.com) --- Sebanyak 17 santri MA Mardhatillah, Kampus Madya Hidayatullah Banyuasin, mengikuti Daurah Marhalah Ula (DMU) Santri Hidayatullah Tingkat SLTA Tahun 2023 se-Indonesia yang diadakan oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sumsel dan Dewan Murabbi Hidayatullah Sumsel serta Pengurus Wilayah Muslimat Hidayatullah Sumsel dan Majlis Murobiyyah Wilayah.  Program Daurah Marhalah Ula (DMU) yang bertema “Menjadi Kader Hidayatullah yang Cerdas, Disiplin, dan Militan”. Acara ini berlangsung selama 3 hari, 1-3 Maret 2021 di Kampus Madya Hidayatullah Banyuasin. DMU ini dilaksanakan untuk memberikan penguatan aqidah dan bekal bagi para santri. 


Seperti dilansir situs Hidayatullah.or.id, Orientasi Umum yang disampaikan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Nashirul Haq, MA, menandai dimulainya kegiatan Daurah Marhalah Ula (DMU) serentak 4 hari secara nasional yang pembukaannya digelar secara hibryd berpusat di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Batu Aji, Kota Batam, Kepulauran Riau, Rabu, 9 Sya’ban 1444 (1/3/2023).

Pembukaan juga dihadiri oleh sejumlah pengurus DPP Hidayatullah lainnya seperti Ketua Bidang Tarbiyah Ir. Abu A’la Abdullah, Ketua Departemen Kepesantrenan KH. Muhammad Syakir Syafii serta turut dibersamai secara online oleh Pemimpin Umum KH. Abdurrahman Muhammad.

Ketua Bidang Tarbiyah DPP Hidayatullah Ir. Abu A’la Abdullah dalam sambutannya menyampaikan DMU merupakan episode yang sangat penting dalam proses perkaderan di Hidayatullah terutama bagi santri yang duduk di bangku kelas sebelas.

Menurutnya, DMU memuat materi topik keislaman dan kelembagaan yang diharapkan kian mengantar para peserta didik tumbuh dalam kesadaran berislam yang dengan itu mereka kelak akan berkiprah di berbagai sektor kehidupan di masyarakat.

Dalam pada itu, terang Abu A’la, DMU diharapkan membekali peserta didik yang akan lulus dari bangku SLTA yang kemudian memasuki jenjang perguruan tinggi agar semakin dewasa yang berbekal kematangan paradigma dengan pemahaman Islam yang luhur.

“Kehidupan ini adalah suatu pertarungan paradigma, pertarungan cara pandang, sehiggga dengan DMU ini akan menata paradigma untuk sebuah kepentingan sangat penting,” katanya seraya berpesan agar kelak setelah menuntaskan pendidikannya di SLTA Hidayatullah para santri tetap terbina dalam halaqah di tempat masing masing.

 Abu A’la mengimbuhkan, DMU sejatinya merupakan ikhtiar regenerasi untuk memantapkan ketersediaan sumber daya insani yang nantinya siap melanjutkan kerja kerja dakwah Islam yang kaffatan linnas rahmatan lil ‘alamin. Usia kita manusia sangat terbatas sehingga harus menyiapkan generasi pelanjut.

“Umur kita paling lama itu 60 sampai 70 tahun, maka kita memaksimalkan usia yang ada dengan maksimal mengabdi untuk Islam dan kebaikan. Semoga smeua mendapatkan balasan pahala di sisi Allah,” katanya.

 Kepada sedikitnya 2.838 peserta DMU yang mengikuti pembukaan ini, Abu A’la menyampaikan doa dan harapannya semoga menjadi generasi yang cerdas, disiplin, dan militan sebagaimana tema kegiatan yang digelar dalam 2 gelombang ini.

“Cerdas artinya cerdas hati dan pikiran, selalu disiplin waktu dan amal, dan militan yang senantiasa selalu bersemangat dalam melakukan kebaikan sebagai bagian dari membangun peradaban Islam,” katanya.

 Dengan ketiga bekal tersebut, diharapkan para santri Hidayatullah dapat terus membangun komitmen berkarya dan berkiprah di berbagai sisi kehidupan. “Jadi pengusaha, mungkin ada yang jadi politikus, ada yang jadi budayawan, menjadi pejuang di tingkat keamanan. Bisa jadi jenderal dan lain lain,” imbuhnya.

 Dia menambahkan, Hidayatullah pun terbuka menerima lulusan SLTA yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH) yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti STIS di Balikpapan, STAIL di Surabaya, STIKMA di Malang, IAIAS Batam, STIE di Depok, STIT Mumtaz di Karimun, dan STIT Albayan di Makassar.

 “Dan yang mandiri didorong diharapkan untuk melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi yang strategis jurusannya untuk menyokong sumber daya insani dalam rangka merambah karya secara luas bahkan hingga ke level internasional,” tandasnya.*/Yacong B. Halike/KAA



Posting Komentar

Silakan memberikan komentar.
Untuk menghindari adanya spam, mohon maaf, komentar akan kami moderasi terlebih dahulu sebelum ditayangkan.

Terima kasih.
Subhanallah!
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan koneksi internet Anda. Hubungkan lagi koneksi internet Anda dan mulailah berselancar kembali!