Daurah Pra Nikah: Mengikuti Sunnah, Menuai Berkah

Banyuasin, HidayatullahSumsel.com — Dalam upaya membekali generasi muda Islam dengan pemahaman yang lurus dan mendalam tentang pernikahan dalam Islam, Departemen Sosial Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sumatera Selatan menyelenggarakan kegiatan Daurah Pra Nikah dengan tema "Mengikuti Sunnah, Menuai Berkah" pada Senin, 12 Mei 2025.

Kegiatan ini berlangsung di Gedung MTs Mardhatillah dan diikuti oleh sekitar 20-an bujang dan gadis santri Hidayatullah yang telah memasuki usia layak menikah. Daurah ini merupakan bagian dari upaya pembinaan karakter dan spiritualitas generasi muda agar siap membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, sesuai tuntunan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah ﷺ.

Bekal Menuju Gerbang Pernikahan

Dalam sesi utama daurah ini, hadir sebagai pemateri utama Ustadz Lukman Hakim, seorang dai  dan praktisi dakwah keluarga sekaligus Ketua DPW Hidayatullah Sumsel. Dalam penyampaiannya, beliau membuka mata para peserta tentang pentingnya memandang pernikahan bukan semata sebagai ikatan sosial dan biologis, tetapi lebih dari itu, sebagai ibadah dan bentuk manifestasi keimanan kepada Allah ﷻ.

"Agama Islam adalah agama fitrah," tegas Ustadz Lukman mengawali pemaparannya. Ia menjelaskan bahwa fitrah manusia mencakup kebutuhan akan pasangan hidup, cinta, kasih sayang, dan keterikatan emosional yang sah. Islam datang tidak untuk mengekang fitrah itu, melainkan mengaturnya dalam bingkai syariat yang suci dan terhormat: pernikahan.

“Pernikahan itu bukan sekadar legalitas hubungan dua insan, tapi juga merupakan bagian dari tanda-tanda kebesaran Allah,” lanjutnya sembari membacakan surah Ar-Rum ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang...” (QS. Ar-Rum: 21)

Ustadz Lukman menekankan bahwa menikah adalah ibadah yang sangat mulia. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa menikah adalah menyempurnakan separuh agama. Maka dari itu, setiap Muslim dan Muslimah perlu mempersiapkan diri dengan matang sebelum menapaki jenjang tersebut.

Empat Alasan Lelaki Menikahi Perempuan

Salah satu bagian yang paling menyita perhatian peserta adalah ketika Ustadz Lukman membahas hadits Rasulullah ﷺ yang sangat populer dalam urusan memilih pasangan:

“Wanita dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau menguraikan bahwa keempat aspek tersebut memang secara naluri bisa menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih pasangan. Namun, Islam menekankan bahwa agama adalah prioritas utama. Kekayaan dan kecantikan adalah hal yang sementara, nasab pun bisa jadi tidak memberi pengaruh besar pada kebahagiaan rumah tangga. Tapi agama adalah fondasi utama yang akan membimbing suami-istri melewati berbagai ujian kehidupan rumah tangga.

“Seseorang yang beragama akan tahu bagaimana memperlakukan pasangannya dengan penuh kasih sayang, karena dia yakin bahwa memperlakukan pasangan dengan baik adalah bagian dari ibadah,” ujar beliau.

Menikah untuk Mengabdi, Bukan Sekadar Memiliki

Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta menyampaikan kegelisahan umum kaum muda saat ini: takut menikah karena belum mapan, takut gagal, belum menemukan yang tepat, hingga kekhawatiran akan beban hidup yang meningkat setelah menikah.

Menanggapi hal ini, Ustadz Lukman memberi pandangan yang menyejukkan. Ia mengatakan bahwa ketakutan itu adalah hal manusiawi, tetapi harus dihadapi dengan keimanan dan keyakinan bahwa rezeki dan pertolongan Allah menyertai orang-orang yang mengikuti sunnah Rasul-Nya.

"Menikah itu bukan tentang seberapa besar modal duniawi yang kita punya, tapi tentang seberapa kuat niat kita untuk menapaki jalan ibadah," tegasnya. “Kalau kita menikah dengan niat untuk memperbaiki diri, membangun keluarga yang taat, dan melanjutkan perjuangan dakwah, maka insya Allah Allah akan mencukupkan segala kekurangannya.”

Menyiapkan Generasi Rabbani

Kegiatan daurah ini juga menekankan bahwa pernikahan bukan hanya urusan dua orang, tapi merupakan batu loncatan untuk membentuk masyarakat Islam yang kuat dari akar keluarga. Seorang peserta, Ahmad, menyampaikan kesan mendalamnya setelah mengikuti daurah ini.

"Saya jadi lebih memahami bahwa menikah bukan hanya tentang cinta, tapi juga tentang misi. Saya ingin menikah bukan hanya karena ingin bahagia, tapi karena ingin membentuk keluarga yang bisa menjadi bagian dari perjuangan Islam," ujarnya penuh semangat.

Ikhtiar DPW Hidayatullah Sumsel Membangun Peradaban

Ketua Departemen Sosial DPW Hidayatullah Sumsel, Ustadz Solihin yang menjadi pelaksana kegiatan ini, menyampaikan bahwa daurah pranikah ini adalah bagian dari program pembinaan remaja dan santri yang berkelanjutan. Mereka berharap agar para pemuda-pemudi Hidayatullah tidak hanya siap secara usia, tapi juga secara mental dan spiritual untuk membangun rumah tangga Islami.

“Menikah bukanlah tujuan akhir, tapi awal dari perjuangan membentuk keluarga yang membawa rahmat dan kebaikan bagi masyarakat. Karena itu, harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, dengan ilmu dan pemahaman yang benar,” ungkapnya.

Penutup

Melalui kegiatan daurah ini, peserta tidak hanya dibekali wawasan tentang pernikahan, tapi juga diajak merenungi kembali makna hidup, tanggung jawab sebagai seorang Muslim, serta bagaimana menjadikan pernikahan sebagai wasilah untuk menebar kebaikan.

Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ dalam urusan pernikahan adalah bentuk kepatuhan terhadap Allah dan bentuk nyata komitmen keislaman seseorang. Dan dari kepatuhan itu, insya Allah akan lahir keluarga-keluarga yang berkah, kuat, dan menjadi pondasi bagi bangkitnya kembali peradaban Islam.

Daurah ini bukan sekadar pelatihan, tapi sebuah langkah kecil menuju perubahan besar. Sebab peradaban besar tidak dibangun di panggung politik atau ekonomi terlebih dahulu, melainkan di dalam rumah—di atas sajadah cinta suami-istri yang saling mengingatkan untuk taat kepada Allah. *| Kosim

Posting Komentar

Silakan memberikan komentar.
Untuk menghindari adanya spam, mohon maaf, komentar akan kami moderasi terlebih dahulu sebelum ditayangkan.

Terima kasih.